Rental Mobil di Jogja Murah: Alif Transport Jagonya
Rental mobil di Jogja murah pastinya menjadi dambaan setiap traveler yang singgah di Kota Jogja. Mengapa demikian? Rental mobil di Jogja murah sangat menguntungkan. Kita bisa traveling sepuasnya dengan pengeluaran budget seminimal mungkin.
Penasaran dengan rental mobil di Jogja murah ini? Rental mobil tersebut hanya bisa kita dapatkan di Alif Transport. Alif Transport merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tour and travel yang melayani perjalanan wisata di Jogja maupun luar kota Jogja. Alif Transport sangat akhrab dengan kehidupan mahasiswa di Jogja. Dengan demikian, tarif yang ditawarkannya relatif lebih murah dibandingkan dengan rental mobil Jogja lainnya. Semua itu pastinya disebabkan penyesuaian dengan budget mahasiswa.
Kita yang hendak traveling di Jogja, Alif Transport tempat rental mobil yang paling direkomendasikan. Insyaallah kita tidak akan menyesal rental mobil di perusahaan tersebut. Kita yang ingin rental mobil dapat menghubungi customer service via whatshapp atau telpon. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati kisah folkore berikut ini.
Tapian Nadenggan
Pada zaman dahulu ada beberapa orang membangun permukiman (tempat tinggal). Yang menjadikan permukiman (tempat tinggal) itu Siregar dan Harahap. Pada masa itu belum ada nama, mereka masih disebut dengan sebutan marganya masing-masing, yaitu dengan sebutan Siregar dan Harahap. Di tempat itu rajanya Siregar anak borunya Harahap. Maksud anak boru di sini adalah adik ipar raja atau adik dari istrinya raja tersebut.
Kemudian, tempat yang mereka bangun diberi nama Lobu Belimbing. Setelah itu, tidak jauh dari tempat mereka ada sungai yang sangat bagus, mereka sering juga mandi ke sungai tersebut. Keesokan harinya ada temannya yang mengajak mandi ke sungai itu. Kemudian temannya bertanya, ke sungai mana kita? Tapian Nadenganan (jawab temannya), artinya pemandian yang bagus itu.
Oleh sebab itu, setelah mendengar arti kata Tapian Nadenggan atau pemandian yang bagus. Sekitar 150 km dari tempat tinggal mereka atau permukiman yang mereka bangun. Kemudian orang tersebut pindah tidak jauh dari tempat pemandian tersebut, rajanya masih Siregar anak borunya Harahap. Mereka membangun permukiman lagi. Permukiman (tempat tinggal) yang lama ditinggal sama mereka yang diberi nama Lobu Balimbing tadi.
Setelah mereka pindah ke tempat tinggal yang baru itu, mereka membuat tumbal di tempat tinggal itu, yang mau dijadikan tumbal adalah anak prajurit. Anak yang mau dijadikan tumbal diberi tanda di keningnya. Kemudian, anak raja itu melihat anak prajurit yang diberi tanda di keningnya, dia tertarik dengan tanda yang di kening anak itu. Anak raja itu ikut-ikutan membuat tanda di keningnya sendiri.
Lalu, keesokan harinya dilihatlah anak yang diberi tanda mau dijadikan tumbal di tempat tinggal itu, anak yang mau dijadikan tumbal di kubur hidup-hidup. Mereka tidak tahu bahwa anak yang di kubur itu adalah anak raja karena dia yang lebih dahulu kelihatan dari anak prajurit yang mereka beri tanda di keningnya.
Jadi, di tempat anak yang di kubur itu, tumbulah sebuah bambu yang sangat berbeda dengan bambu-bambu lain. Bambu tersebut di beri nama Pangolu Balang. Pada tahun 1960-1965, jika ada orang yang sudah tua meninggal bambu tersebut berbunyi. Tetapi yang meninggal itu harus marga Siregar. Setelah mereka membuat tumbal di perkampungan itu, terjadilah mereka memberi nama kampung itu Tapian Nadenggan karena tempat pemandiannya bagus. Dalam bahasa Mandailing. Amben di baen guar ni hutai Tapian Nadenggan? Harana jeges Tapiani. Artinya, kenapa nama kampung tersebut di buat Tapian Nadenggan? Karena tempat pemandian di daerah itu bagus.
Bapak Amron Harahap mengambil cerita tersebut, dari kakeknya sewaktu ia masih kecil. Menurut pendapat Bapak tersebut, sekarang penduduk Tapian Nadenggan bukan hanaya dari suku Mandailing saja. Tetapi ada suku Jawa, dan orang-orang pendatang sekarang makin banyak. Hal ini disebabkan kampung tersebut menurut warga yang lain mudah untuk mencari pekerjaan. Walaupun pekerjaan tersebut usaha karet.
Bahkan, ada seorang pengusaha singgah ke kampung tesebut. Dia bertnya kepada orang-orang kampung tersebut, ”Apakah nama kampung ini?” (kata pengusaha). Orang kampung itu menjawab, Tapian Nadenggan Arti dari kampung ini adalah Tapian (pemandian) Nadenggan (bagus). Jadi, pemandian yang bagus. Kemudian pengusaha tersebut membuat nama kebunnya (usaha sawit) PT Tapian Nadenggan (PTTN).
Menurut pendapat saya sebagai seorang penduduk Tapian Nadenggan. Namanya sangat bagus dan artinya juga bagus, pantasan sungai di kampung saya itu bagus memang sesuai dengan nama kampung itu sendiri. Saya sebagai penduduk kampung tersebut pada saat ini sekarang sudah banyak perubahan. Di bangun jalan yang bagus, dan didirikan toko-toko besar.
Dari bukit siayah mereka memandang kearah sekeliling, mereka menyadari tempat yang mereka lihat sangatlah luas, lalu salah satu dari mereka berkata bahwa luhak ini sangat data (datar) atau luas. Akhirnya didaerah inilah mereka tinggal dengan keluarga mereka masing-masing. Mulailah mereka manaruko daerah sekitar, membuka daerah untuk persawahan tempat untuk bercocok tanam. Di sinilah mereka mulai menamai daerah sekitar, ada yang bernama Bukit parik, bukit perbatasan daerah satu dengan dengan sebelahnya. Kemudian daerah Empang Teras, karena di daerah ini banyak sekali kayu tareh. Kemudian berlanjut dengan penamaan daerah tanah bato karena daerahnya banyak tanah bato, yakni tanah keras atau keramat karena tidak bisa bercocok tanaman. Penamaan daerah lumpo sendiri di ambil dari kata niniak melayu yang berkata “iko daerah yang lamo talupoan (inilah daerah yang pernah di lupakan)”.
Menurut saudara Bahraini legenda penamaan lumpo ini di dapatnya dari seorang ustad ketika ia selesai shalat taraweh di mushalla pada bulan ramadhan. Tetapi anak-anak daerah sekitar sudah banyak yang tidak mengetahui karena hampir tidak pernah di ceritakan oleh orang tua masing-masing.
Syahniar Harahap