Rental Mobil Jogja Gerbang Tol ke Rewulu Kulon Festival
Rental mobil Jogja adalah pilihan yang tepat untuk teman perjalanan ke mana saja dan kapan saja. Kita yang ingin mengunjungi suatu event tidak perlu bingung mencari transportasi yang handal. Rental mobil Jogja mampu menjawab semua kebingungan tersebut.

Rental mobil Jogja kali ini akan membawa kita ke agenda Rewulu Kulon Festival. Agenda ini akan diselenggarakan pada tanggal 23 hingga 24 Juni 2018. Acara tersebut dimeriahkan oleh Om Wawes, Om Ganendra, Guyon Waton, Koes Pluss, Bhigonia, VIXC, Degan Idjoe, dan live Life. Acara ini tentunya juga akan dimeriahkan oleh penampilan seni tradisional.
Kita yang ingin berkunjung ke agenda tersebut, mari segera di-booking rental mobil Jogja. Rental mobil Jogja yang sangat tepat kita gunakan hanyalah di Alif Transport. Mengapa Alif Transport? Alif Transport memberikan penawaran tarif rental mobil yang sungguh murah. Tarif tersebut level mahasiswa di Jogja. Jadi, sudah dipastikan harga rental mobilnya tidak kemahalan.
Rental mobil di Alif Transport dapat dipesan melalui whatshapp maupun telpon. Selain itu, kita juga bisa langsung mendatangi kantor pusatnya. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati cerita folklore berikut ini.
Ia pun memanggil beberapa orang penduduk naik ke atas kapalnya dan menanyakan keberadaan ibunya. Salah seorang penduduk mengatakan bahwa ibunya masih hidup. Tak berapa lama, penduduk itu datang bersama seorang wanita tua berpakaian compang-camping. Wanita tua itu kemudian segera naik ke kapal untuk menemui anaknya yang sudah lama dirindukannya. Dempu Awang mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya. Namun karena malu mengakui sebagai ibunya di hadapan istrinya, ia pun mengusir wanita tua itu. Namun ibunya mengatakan bahwa ia adalah ibumu yang telah melahirkan dan membesarkanmu dan dia sangat mengenal tanda goresan di keningmu bekas luka karena terjatuh dulu. Mendengar pengakuan wanita tua itu, Dempu Awang semakin marah. Istrinya pun berusaha menenangkan hatinya.
Bujukan sang istri bukannya membuat hati Dempu Awang menjadi tenang, tetapi justru kemarahannya semakin memuncak. Ia pun menghampiri dan kemudian mendorong wanita tua itu hingga terjatuh berguling-guling di tangga kapal. Hati wanita itu hancur berkeping-keping melihat perlakuan anaknya terhadap dirinya. Dengan perasaan sedih, wanita tua malang itu segera meninggalkan pelabuhan menuju ke gubuknya.
Setelah agak jauh dari pelabuhan, ibu Dempu Awang berhenti di jalan seraya menengadahkan kedua belah tangannya ke atas dan berdoa kepada Tuhan supaya anaknya diberi balasan yang setimpal karena tidak mengakuinya sebagai ibu kandungnya. Do’a sang ibu benar-benar dikabulkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika Dempu Awang hendak berlayar meninggalkan pelabuhan Mentok, tiba-tiba langit menjadi mendung. Kemudian turunlah hujan yang sangat deras disertai angin topan dan petir yang menyambar-nyambar.
Tiba-tiba gelombang laut setinggi gunung menghantam kapal Dempu Awang yang megah itu hingga terbelah menjadi dua, lalu karam ke dasar laut. Setelah cuaca kembali cerah seperti semula, tampaklah sebuah batu besar di tempat kapal Dempu Awang karam. Batu yang menyerupai kapal besar itu merupakan penjelmaan Dempu Awang dan kapalnya, sedangkan istrinya menjelma menjadi kera putih.
Hingga kini batu tersebut masih terpelihara dengan baik. Oleh masyarakat setempat, batu tersebut diberi nama Batu Balai karena pada zaman dahulu, di samping batu itu terdapat sebuah balai, yakni sebuah kantor pemerintahan yang biasa dijadikan sebagai tempat bermusyawarah.