Rental Mobil Murah Harus Diburu Demi Dompet Hemat Saat Lebaran
Rental mobil murah pastinya menjadi incaran para konsumen saat momen Idul Fitri 1439 H ini. Situasi tersebut menjadi faktor penentu bagi kami untuk menyelenggarakan diskon akhir Ramadan tahun ini. Kita yang menginginkan rental mobil murah saat Idul Fitri nanti, mari segera hubungi customer service kami.

Rental mobil murah yang kita cari sungguhlah tepat dilakukan di Alif Transport ini. Alif Transport memang memahami keinginan dan kondisi para konsumennya. Itulah sebabnya diskon akhir Ramadan kami luncurkan demi kebahagiaan para konsumen saat hari nan fitri dengan rental mobil murah.
Rental mobil murah akan terasa lebih asyik saat kita booking dengan menikmati lanjutan kisah drama berikut ini. Kisah drama tersebut terdapat dalam naskah drama Kemerdekaan karya Wisran Hadi. Penasaran dengan lanjutan kisahnya? Selamat membaca dan menikmatinya.
YANG TUA:
Bukankah aku pergi ke sana untuk kemerdekaan?
YANG MUDA:
Jangan kataku, jangan. Sekarang kita terkurung. Kau harus sadari hal ini.
Nyanyian kemerdekaan itu terdengar lagi
YANG TUA:
Oh, indahnya nyanyian itu. Lihat ke sana. Lihat! Mereka berbaris. Berpakaian seragam. Senjata di tangan. Wah, wah, wah, lihat ke sana lagi. Mereka makan semeja, lauk pauk banyak. Yaaaaak! Mereka membelah tumpeng! Aduh, nikmatnya. Ayo, kita ke sana, ayo.
YANG MUDA:
Jangan. Jangan (YANG TUA mengikuti nyanyian itu penuh semangat) Cukup! Jangan teruskan! (memukul YANG TUA dan roboh). Lebih baik kau mati di sini daripada mati konyol di mulut lembah itu.
YANG TUA:
(Mencabut pistol) Terpaksa kugunakan senjata ini.
YANG MUDA:
Bukankah kau telah berjanji sendiri, akan mempergunakan satu-satunya peluru yang ada di dalam pistol itu untuk menembak musuh?
YANG TUA:
Tapi karena kau menghalangi keinginanku, mencegah aku pergi ke sana merayakan kemerdekaan, aku terpaksa mempergunakan senjata ini untukmu.
YANG MUDA:
Untuk sebuah keinginan kau gunakan senjata itu.
YANG TUA:
Dan untuk sebuah harapan kau gunakan tenagamu mencegah aku memenuhi keingianku.
YANG MUDA:
Jangan gunakan senjata itu, kumohon. Bila terdengar tembakan dari sini, musuh pasti akan menyerang kita ke sini.
YANG TUA:
Dan jangan cegah aku pergi ke sana.
YANG MUDA:
Percayalah. Di sana hanya mulut lembah.
YANG TUA:
Bagaimana aku dapat percaya pada kata-katamu, sedangkan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mereka merayakan kemerdekaan. Dengar lagi. Fengar (nyanyian kemerdekaan itu terdengar lagi. Diikutinya dengan penuh semangat)
YANG MUDA:
Cukup! Cukup!
Bersambung [9]