Rental Mobil Yogyakarta: Persediaan Lebaran Segera Habis
Rental mobil Yogyakarta mesti segera kita dapatkan sebelum lebaran. Persediaan mobil untuk lebaran berpotensi untuk segera habis. Kondisi inilah yang menyebabkan kita harus segera memesan rental mobil Yogyakarta yang hendak digunakan untuk silahturahmi ke rumah keluarga.
Rental mobil Yogyakarta untuk lebaran harganya tidak terlalu tinggi. Mobil Grend Avanza dan Xenia dapat disewa seharga Rp 475.000. Tarif tersebut hitungannya per hari. Kemudian, harga tersebut belum termasuk BBM maupun sopir. Itu merupakan tarif rental mobil Yogyakarta dengan sistem lepas kunci.

Rental mobil Yogyakarta sudah menunggu telpon dari kita. Mari kita hubungi customer service-nya dari sekarang dan dapatkan mobil idaman untuk di hari nan Fitri. Sembari memesan mobil untuk lebaran, mari kita lanjutkan kisah dalam naskah drama Pelacur dan Sang Presiden berikut ini.
Bermula dari sebuah pertemuan dengan Unicef awal 2004. Unicef meminta saya menulis sebuah naskah drama yang ingin digunakan sebagai alat Pelacur & Sang Presiden kampanye pemberantasan perdagangan sex anak-anak di bawah umur. Saya tidak langsung mengiyakan karena saya merasa tidak yakin saya bisa menulis sebuah karya pesanan. Tujuh naskah yang saya tulis, lahir dari kegelisahan dan kemarahan saya atas kasus tertentu. ‘Apakah saya tidak marah dengan perdagangan seks anak-anak di bawah umur?’ Tentu saja
saya marah. Saya hanya kurang memahami masalahnya. Sejak Marsinah terbunuh dan melahirkan dua naskah, “MARSINAH, Nyanyian Dari Bawah Tanah” (1994) dan Marsinah Menggugat (1997), saya seperti digiring untuk terus menerus gusar pada ‘politik kekerasan Negara (tentara) terhadap rakyat’, seperti Peristiwa PDIP yang melahirkan “Pesta Terakhir” (1996), konflik politik berkepanjangan di Aceh melahirkan “ALIA, Luka Serambi Mekah” (2000) dan peristiwa G30S yang melahirkan “Anak-anak Kegelapan’ (2003).
Salah satu kebutuhan mutlak dalam proses penulisan saya adalah proses penelitian. Tidak satu naskahpun yang lahir dari tangan saya tanpa lebih dulu melakukan penelitian. Saya membutuhkannya karena naskah-naskah saya memang berangkat dari realita dan, Dengan data-data akurat saya punya peluang berfantasi dengan bebas. Dalam sebuah Seminar tentang karya-karya drama bertema Human Rights di Inggris Desember 2002, seorang pengamat dari Princeton University mengatakan dalam makalahnya berjudul Dare To Speak Up, “Saya belum pernah membaca karya drama yang setega Ratna Sarumpaet dalam menguliti sebuah kasus. Dengan ketegaannya itu ia mampu melahirkan karya yang ampuh memukul. Gaya penulisan Ratna serta sifat temanya yang antropolis sangat beresiko membuat murka mereka yang merasa dikoreksi. ‘Marsinah Menggugat’ mencuat secara Internasional; Menjadi hantu raksasa bagi penguasa RI; Meski tidak satu katapun dalam monolog Marsinah Menggugat menyebut kata tentara. Hanya dengan sound effect derap sepatu tentara yang terus diulang-ulang, Penguasa RI / tentara kebakaran jenggot karena seluruh isi monolog itu punya kebenaran yang sangat akurat. Dengan fantasi yang cantik, religius, hal serupa kembali diulang Ratna dalam ALIA, Luka Serambi Mekah, lebih menohok karena lebih terbuka”.
Bersambung [2]