Sewa Hiace Jogja Sensasinya Istimewa seistimewa Kota Gudeg
Sewa hiace Jogja yang paling direkomendasikan ialah di Alif Transport. Alif Transport menyediakan mobil hiace untuk perjalanan wisata kita dengan tarif yang relatif murah. Jika kita sewa hiace Jogja di Alif Transport, tarif yang dikenakan hanya senilai Rp 1.150.000 per hari.

Sewa hiace Jogja sangat tepat bagi kita yang ingin menikmati perjalanan glamor mengitari kota nan istimewa. Kita tidak akan pernah merasa rugi dengan tarif tersebut karena mobilnya berkelas eksekutif. Selain itu, sensasi perjalanan selama di Jogja pun akan lebih berkesan.
Sewa hiace Jogja pastinya akan lebih berkesan jika dilakukan bersama keluarga atau teman sekantor. Perjalanan kita di Jogja pun pastinya semakin mengasyikkan. Kita yang ingin sewa hiace Jogja segera hubungi customer service kami melalui whatshapp atau telpon. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati kisah folklore berikut ini.
Koto Raya
Pada masa dahulu, sekitar tahun 1800-an pernah terjadi bencana banjir bandang di daerah Bayang. Sebelum banjir ini terjadi masyarakat di sana hidup makmur dan serba berkecukupan. Masyarakat di sana pada umumnya hidup dari hasil panen mereka di sawah dan di ladang.
Pada suatu sore terjadi hujan yang sangat lebat. Hujan tersebut tidak berhenti sehingga sampai menjelang larut malam. Suasana yang dingin membuat para penduduk tidur dengan lelapnya. Pada tengah malam saat banyak orang yang tidur nyenyak sekitar pukul satu dini hari terdengar suara gemuruh yang sangat dahsyat. Awalnya penduduk yang masih terbangun mengira bahwa suara gemuruh itu hanya suara air sungai di belakang rumah mereka. Mereka tidak pernah menyangka bahwa suara gemuruh itu adalah suara air banjir yang datang dari hulu di puncak bukit.
Saat air telah mencapai desa mereka barulah mereka tersadar. Tapi mereka terlambat menyadari hal tersebut. Semua harta benda bahkan rumah mereka telah hanyut dibawa air, bahkan beberapa anggota keluarga mereka juga ikut dibawa banjir.
Setelah banjir tersebut mulai tenang dan telah susut beberapa kepala keluarga dan ketua kampung yang masih tersisa duduk berkumpul di beranda mushalla yang selamat dari banjir tersebut karena letaknya agak tinggi dari perumahan penduduk. Saat berkumpul tersebut mereka memikirkan bagaimana cara selanjutnya bertahan hidup, sedangkan semua harta benda dan sawah mereka telah hencur dan rata.
Saat berkumpul itulah timbul ide dari salah seorang pemimpin mereka. Dia mengusulkan agar mereka pergi dari daerah tersebut dan membuka lahan baru di daerah lain. Akhirnya dengan musyawarah diputuskanlah beberapa keluarga pergi ke daerah selatan dan beberapa lagi pergi ke daerah utara. Ke daerah selatan ada 12 keluarga yang memutuskan untuk pergi ke sana. Daerah yang di maksud adalah hutan rimba di ujung nagari lakitan yakni perbatasan lakitan dengan ranah pesisir.
Awalnya yang pergi ke sana adalah utusan. Mereka meminta izin terlebih dahulu untuk membuka lahan tersebut menjadi sebuah kampung. Setelah mendapat izin barulah mereka membawa anggota keluarga mereka. Setiap hari mereka bahu-membahu membuka lahan tersebut. Begitulah, sejak lahan tersebut dibuka mereka hidup dari hasil sawah dan ladang mereka. Awalnya hanya 12 keluarga itu yang hidup di sana, tetapi lama-kelamaan banyak penduduk dari daerah lain yang datang ke sana. Dengan semakin banyaknya orang yang tinggal di sana hingga sampai ke daerah tepi pantai yang merupakan jalan lintas ke Sungai Penuh maka diberilah nama kampung itu dengan nama Koto Raya yang artinya koto yang berada di dekat jalan raya.
Saya mengklasifikasikan cerita ini sebagai asal-usul daerah karena berdasarkan cerita kakek saya, Maliki (Alm) cerita ini benar-benar terjadi. Beberapa tahun yang silam beliau sering menceritakan asal-usul desa ini kepada saya. Selain itu waktu saya masih kecil, ada sebuah tugu yang yang memuat nama-nama para pendiri kampung tersebut tetapi, pada saat sekarang ini tugu tersebut sudah tidak ada. Tugu tersebut telah dibongkar untuk perluasan jalan.
*Siska Octavia