Sewa Mobil di Jogja Pembuka Kirab Obor Asian Games 2018 Yogyakarta
Sewa mobil di Jogja merupakan transportasi yang paling tepat digunakan untuk traveling maupun agenda lainnya. Ini disebabkan sewa mobil di Jogja harganya relatif lebih murah. Selain itu, destinasi wisata di Jogja yang membutuhkan sewa mobil di Jogja juga sangat beragam. Destinasi tersebut terletak di kabupaten-kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaannya tidak dapat dijangkau kendaraan umum dan kondisi tersebut membutuhkan sewa mobil di Jogja.
Sewa mobil di Jogja kali ini bisa kita booking untuk menemani menyaksikan kirab obor Asian Games 2018 Yogyakarta. Kirab obor ini akan diselenggarakan pada hari Kamis, 19 Juli 2018. Rute kirab obor ini yaitu: Pagelaran Keraton-Titik Nol-RS PKU Muhammadyah-Jalan Bhayangkara-Jalan Pasar Kembang-Teteg-Malioboro-Titik Nol-Pojok Beteng Wetan-Pojok Beteng Kulon-Ngabean-Ngampilan-Pingit-Tugu.
Sewa mobil di Jogja sudah menunggu kita. Silahkan booking dari sekarang. Semarak kirab obor Asian Games 2018 akan semakin meriah dengan sewa mobil di Jogja.
Sewa mobil di Jogja yang bisa kita andalkan untuk menyaksikan agenda tersebut ialah Alif Transport. Alif Transport bisa memberikan harga yang lebih murah daripada perusahaan rental mobil Jogja lainnya. Silahkan segera booking melalui customer service kami. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati lanjutan novel Tenggelam Kapal Van Der Wijck karya Hamka berikut ini.
”Ketika itu engkau masih amat kecil”-katanya memulai hikayatnya-”engkau masih merangkak-rangkak di lantai dan saya duduk di kalang hulu ibumu memasukkan obat ke dalam mulutnya. Nafasnya sesak turun naik dan hatinya rupanya sangat dukacita akan meninggalkan dunia yang fana ini. Ayahmu menangkupkan kepalanya ke bantal dekat tempat tidur ibumu. Saya sendiri berurai air mata, memikirkan bahwa engkau masih sangat kecil belum pantas menerima cobaan yang seberat itu, umurmu baru 9 bulan.
Tiba-tiba ibumu mengamitkan tangannya kepadaku, akupun mendekat. Kepalaku diraihnya dan dibisikkannya ke telingaku sebab suaranya telah lama hilang-berkata: ”Mana Udin, Base”
”Ini dia, Daeng”, ujarku, lalu engkau kuambil. Ah, Zainuddin! Engkau masih tertawa saja waktu itu, tak engkau ketahui bahwa ibumu akan berangkat meninggalkan engkau buat selamanya, engkau tertawa dan melonjak-lonjak dalam pangkuanku. Aku bawa engkau ke mukanya. Maka dibarutnyalah seluruh badanmu dengan tangannya yang tinggal jangat pembalut tulang. Digamitnya pula ayahmu, ayahmu yang matanya telah balut itupun mendekat pula. Dia berbisik ke telinga ayahmu: ”Jaga Zainuddin, Daeng.”
Bersambung [13]