Sewa Mobil di Jogja Sumber Bahagia Wisata di Jogja
Sewa mobil di Jogja sudahkan kita nikmati? Sewa mobil di Jogja mesti dinikmati untuk berbagai momen. Bila kita belum pernah menikmatinya silahkan booking sewa mobil di Jogja khususnya di Alif Transport. Mengapa kita mesti menikmati sewa mobil di Jogja yang ada di Alif Transport? Sewa mobil di Jogja itu harganya sungguh murah dan cara mendapatkannya juga mudah.
Tarif sewa mobil di Jogja yang disediakan Alif Transport bisa kita dapatkan dengan tarif yang lebih murah. Hal itu akan terwujud jika memilih sewa mobil lepas kunci dengan durasi 12 jam. Kita hanya mengeluarkan budget sebesar Rp 225.000. Sungguh murah bukan?
Mari segera kita pesan sewa mobil Jogja ini untuk menghabiskan waktu bersama orang yang disayang. Kita pastinya akan bahagia bersama dia dan pelayanan sewa mobil di Jogja ini. Sembari menunggu proses pemesanan selesai, mari kita nikmati lanjutan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berikut ini.
Setelah itu mereka kembali pulang ke rumah. Sehabis makan lohor, mak Base mengeluarkan peti kecil simpanan wang itu dari dalam almari, seraya berkata kepada Zainuddin: ”Terimalah wang ini semuanya, inilah hakmu, usaha dari ayahmu.”
”Ai, mengapa mak Base ini? Wang itu mesti mamak perniagakan sebagai biasa. Yang akan saya bawa hanyalah sekedar ongkos kapal ke Padang. Perniagakan wang itu, ambil untungnya tiap-tiap bulan buat belanja mamak dan belanja saya di Padang. Kirimi barang Rp 20 atau Rp 15 sebulan. Rumah dan pekarangan yang kecil ini jagalah baik-baik. Pandanglah sebagai hak milik kita berdua. Mana diantara kita yang dahulu menutup mata, itulah yang memberikan waris kepada yang tinggal. Mamak tetap tinggal di Mengkasar, sebab akan kembali ke Bulukumba terlalu sia-sia.”
Heran dan tercengang pula mak Base mendengarkan putusan Zainuddin atas harta benda itu. Tidak disangkanya akan sampai demikian baik budinya. Dari bermula dia telah bermaksud hendak menyerahkan segala harta benda itu. Hari mudanya dibawanya ke Mengkasar, dan dengan uban yang telah tumbuh dia hendak pulang ke Bulukumba menemui keluarga yang masih ada, dalam keadaan miskin pula. Tetapi putusan Zainuddin keras dan tak dapat dibantah.
Bersambung [24]