Sewa Mobil di Jogja Teman Perjalanan ke Internasional Gamelan Festival 2018
Sewa mobil di Jogja kali ini sungguh menarik untuk kita kendarai ke luar kota. Luar kota yang dimakusd ialah Kota Solo. Mengapa demikian? Kota Solo akan menyelenggarakan Internasional Gamelan Festival 2018. Agenda ini berlangsung di Benteng Vastenburg. Kita yang dari Jogja ingin menyaksikan agenda tersebut dapat memilih sewa mobil di Jogja sebagai transportasi andalan.

Sewa mobil di Jogja memang dapat dikatakan transportasi andalan sebab ekonomis
dan praktis. Walaupun transportasi kereta api menuju Solo seperti Prambanan Ekspres merupakan transportasi yang murah, tetapi kita mesti mencari transportasi berikutnya untuk menuju acara Internasional Gamelan Festival 2018. Hal inilah yang mesti kita pertimbangkan bahwa sewa mobil di Jogja lebih menguntungkan.
Sewa mobil di Jogja ini bisa kita dapatkan di Alif Transport. Kita yang ingin memesan mobil di tempat rental mobil ini silahkan segera menghubungi customer service kami. Sembari menunggu respon dari mereka, silahkan menikmati lanjutan kisah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berikut ini.
Orang tua itu pun meneruskan pekerjaannya juga. Zainuddin bertanya kembali: ”Mengapa engku seorang saja yang menyabit padi di sini? Kuatkah engku?”
Tadi banyak anak muda-muda yang menolong, tetapi lantaran pekerjaan sudah hampir selesai, mereka telah minta izin pulang. Pekerjaan ini sudah 2 hari dikerjakan, sekarang baru akan siap …”
”Demikianlah Zainuddin” – ujarnya pula –” kalau kita sudah tua macam saya ini, kalau kurang kuat bekerja menolong anak cucu, dengan apa nasi mereka akan dibeli. Tulang sudah lemah, yang akan mereka harapkan dari kita tidak ada lagi. Semasa muda kita harus berusaha sepenuh tenaga, sehendaknya di hari tua kita istirahat. Akan beristirahat saja, tangan tak mau diam, dia hendak kerja juga.”
”Indah benar hari sehari ini, Zainuddin” – ujarnya pula. ”cobalah lihat langit jernihnya, lihatlah puncak Merapi seakan-akan telah berhenti mengepulkan asapnya. Keadaan yang begini mengingatkan saya kepada zaman badan kuat, tulang kuat dan seluruhnya kuat, wangpun ada pula. Tempo itu saya keluar dari rumah dengan perasaan yang gembira, tidak memperdulikan kesengsaraan dan kesusahan. Sya gelakkan orang tua-tua yang termenung-menung. Sekarang setelah badan tua, baru kita insaf dan ingat. Ah, Zainuddin, kalau engkau rasai tua esok.”
Bersambung [41]