Sewa Mobil Jogja Tanpa Sopir Titik Temu dengan Wayang Suket
Sewa mobil Jogja tanpa sopir kali ini sangat tepat kita kendarai ke pergelaran wayang. Wayang yang akan dipentaskan ini ialah wayang suket. Cerita yang dipentaskan dalam wayang tersebut ialah Timun Mas.
Pementasan wayang suket akan diadakan di Bungkus Arthome. Lokasi tersebut berada di Jalan Gotong Royong RT 04/04 Jagalan, Surakarta. Pementasan wayang ini hari Sabtu, 30 Juni 2018. Penasaran dengan ceritanya? Mari kita saksikan berramai-ramai.
Sewa mobil Jogja tanpa sopir merupakan pilihan yang sangat tepat sebagai transportasi menuju lokasi ini. Kita bisa lebih dekat bersama keluarga, teman, sahabat, ataupun kekasih. Kedekatan kita pun akan terasa lebih hangat dengan adanya sewa mobil Jogja tanpa sopir ini.
Akhir pekan bulan ini memang sangat banyak agenda yang mesti kita saksikan. Kita bisa memilih dari beberapa agenda yang digelar. Mengingat agenda akhir pekan ini sungguh banyak, sewa mobil Jogja tanpa sopir berpotensi untuk segera habis persediaannya. Dengan demikian, mari segera kita booking sebelum terlambat. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati kisah folklore berikut ini.
Lubuak Sariak
Setelah lama tinggal di Pasie Laweh maka bertambahlah keturunan Tapak Inai, lama kelamaan kampung menjadi sempit. Maka hilirlah mereka ke Baruah (bawah) dengan sebuah rakit, setelah sekitar satu jam di atas rakit, tersebarlah mereka didekat jembatan balai Nantam. Diarahkan pandangan kesana ke mari hanya terdapat semak belukar, kayunya besar-besar, tetapi dalam sekian banyak hutan kayu, banyak juga buluah kecil-kecil yang diberi nama oleh orang tersebut sariak, yang mana sariak tersebut tubuhnya di tepi lubuak, karena disana rakit diikatkan maka diberilah nama daerah ini Lubuak Sariak. Inilah sejarahnya kampung ini diberi nama Lubuak Sariak. Tanda bukti itu ada bekas sariak yang tumbuh dengan sekelompok kecil dipangkal jembatan yang terletak diseberang air sebelum Koto Mapak, kira-kira sekelompok kecil itulah buktinya tanda sariak ada disana.
Setelah itu mulailah mereka menebang kayu, hari demi hari setelah selesai ditebang kayu itu dibakar dan akhirnya mereka menetap disana. Dan disanalah beliau hidup berumah tangga dengan damai, lama-kelamaan mereka bertambah banyak dan terbentuklah sebuah kampung, dan kampung tersebut dapat dinikmati seperti apa yang dirasakan sampai saat ini.
Revan Kovalevsky