Sewa Mobil Jogja Tanpa Sopir: Gerbang Tol Karir Expo Yogjakarta
Sewa mobil Jogja tanpa sopir kali ini sangat tepat kita kendarai ke gerbang karir. Ini merupakan langkah awal yang sangat bagus kita lakukan karena tindakan itu akan mendatangkan rezeki. Selain itu, sewa mobil Jogja tanpa sopir bisa juga kita kendarai ke berbagai destinasi wisata di Jogja. Aktivitas tersebut bisa kita lakukan setelah kegiatan pokok selesai kita lakukan.

Sewa mobil Jogja tanpa sopir bisa kita arahkan ke Karir Expo Jogjakarta. Inilah yang dimaksud dengan gerbang karir. Kita yang sedang mencari pekerjaan silahkan segera berkunjung ke agenda tersebut. Agenda ini akan diselenggarakan selama dua hari, yaitu hari Rabu dan Kamis, 4 & 5 Juli 2018 di PKKH UGM. Acara tersebut akan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.
Karir Expo Jogjakarta sudah menunggu kita yang sedang berjuang mendapatkan pekerjaan. Mengunjungi acara ini tentunya kita membutuhkan sewa mobil di Jogja. Sewa mobil Jogja tanpa sopir solusi utama yang bisa kita manfaatkan. Mari segera di-booking untuk teman kita menuju gerbang karir tersebut. Setelah agenda selesai, kita bisa memanfaatkan mobil ini untuk traveling tipis-tipis sebelum pulang ke rumah. Sembari menunggu proses pemesanan selesai, mari kita nikmati kisah folklore berikut ini.
Nagari Padang Tarok
Awal mulanya Nagari Padang Tarok itu adalah rimba yang tidak berpenghuni. Pada masa itu turunlah orang dari Gunung Merapi yang bernama Panyalaian. Bernama panyalaian karena pada masa itu orang turun bersama-sama pada saat malam hari tiba-tiba obor yang dibawa mati, tidak hanya satu yang mati, namun semua yang punya obor tidak ada yang hidup obornya, makanya daerah itu diberi nama Panyalaian.
Setelah lebih dari satu bulan, berkumpullah mereka di padang itu, menghitung apakah masih cukup anggotanya atau tidak. Setelah siap dihitung, ternyata anggotanya tersebut hilang dua pasang, anggota-anggotanya yang masih ada ditanyai tentang orang yang hilang tersebut, namun mereka hanya menjawab ”Antahhhhhhh!” saja jawabannya, makanya padang tersebut diberi nama Padang Si Antah.
Dari Padang Si Antah itu, turunlah mereka ke Kubuang Tigo Baleh terus ke Sungai Janiah, Sungai Angek terus ke Bukik Bulek dan meneruskan perjalanan melewati bukit-bukit yang bernama Bukik Patanangan. Di Bukit Patanangan itu orang tersebut menenangkan diri terlebih dahulu untuk melihat daerah ke bawah apa sudah ada orang atau belum. Selama bertenang mereka mendirikan pondokan-pondokan kecil untuk beristirahat yang bernama taratak. Selain itu mereka juga meninjau ke bawah turun ke Pintu Koto yang mana di Pintu Koto itu ada ditemukan padang (keris) yang tertancap di atas batang tarok.
Berteriaklah orang tersebut kerena melihat ada keris tersebut, ”Ado padang di batang tarok….. Ado padang di batang tarok…… Ado padang di batang tarok……” itulah sebabnya kenapa nagari ini dinamai dengan Padang Tarok. Karena mendengar teriakan orang tersebut hafallah nama daerah itu dengan Padang Tarok. Menurut informan, orang yang awal tinggal di Padang Tarok menandai tanah itu dengan cara sapah tabu, yaitu di makan tebu itu kemudian di buang sapah tebu itu sekancang mungkin. Sampai mana sapah tebu tersebut terbuang, sampai di situ pula lah tanahnya, karena menurut informan tidak ada sistim ukur-mengukur pada masa itu.
Informan mendapatkan cerita ini secara turun temurun dari nenek moyangnya. Jika orang mau mendengarnya maka ia akan mengetahui tentang cerita ini, namun jika tidak mau mendengarkan, maka tidak akan tahu tentang cerita ini, namun ada juga yang menganggap cerita ini hanya dongeng belaka.
Saya menyimpulkan cerita ini sebagai legenda walaupun kata informan ada yang menganggapnya dongeng. Hal ini dikarenakan lebih banyak orang yang meyakini cerita ini terjadi, daripada yang menganggap cerita ini hanya sebuah dongeng belaka.
Rudi Novriandi