Sewa Mobil Jogja Transportasi Asyik Yoga Massal
Sewa mobil Jogja kali ini hendak dikendari ke mana? Yoga massal gratis merupakan jawabannya. Sewa mobil Jogja memang bisa kita kendarai ke mana saja dan salah satunya agenda yoga massal tersebut. Apalagi agenda ini berlangsung hari Minggu, 29 Juli 2018 mendatang. Momen tersebut tidak ada alasan bagi kita untuk melewatknya begitu saja. Sungguh merugi bila hal itu kita lakukan.
Sewa mobil Jogja mampu membawa kita ke mana saja termasuk ke kompleks Candi Prambanan untuk mengikuti yoga massal ini. Setelah mengagendakan event ini, mari kita booking sewa mobil Jogja. Pilihlah tempat penyewaan yang benar-benar murah dan berkualitas. Hal itu hanya dapat kita peroleh di Alif Transport.
Sewa mobil Jogja di Alif Transport bisa kita pesan melalui customer service dengan menghubungi via whatshapp atau telpon. Jika ingin langsung mendatangi kantor pusatnya, kita bisa berkunjung ke Jalan Kaliurang KM 5,2 D3A Karangwuni, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati lanjutan kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berikut ini.
Di samping itu, dia seorang yang setia kepada kawan, pendiam, pemenung. Diam dan menungnya pun menambah ketakutan orang-orang yang telah kenal kepadanya.
Dia telah menyaksikan sendiri kejatuhan Bone, dia menyaksikan sendiri seketika kerajaan Goa takluk dan menyaksikan pula kapal Zeven Provincien menembakkan meriamnya di pelabuhan Pare-Pare.
Ketika dia mulai dipenjarakan, umurnya baru kira-kira 20 tahun. Kebetulan di dalam penjara dia telah dapat bergaul dengan seorang asal Madura, yang telah lebih 40 tahun di dalam penjara, bersama Kismo, buangan seumur hidup. Rambutnya telah putih, tetapi meskipun demikian lama dia dalam penjara dan telah banyak negeri yang didatanginya, belum pernah dia melupakan jalan kesucian, rupanya dia banyak menaruh ilmu bathin. Kepadanyalah Pandekar Sutan banyak berguru.
Setelah dipotong 3 tahun, habislah hukuman dijalankannya seketika dia berada di Mengkasar. Kalau dia mau tentu dia akan dikirim ke Minangkabau, tanah tumpah darahnya. Tetapi dia lebih suka tinggal di Mengkasar. Meskipun hatinya amat ingin dan telah teragak hendak pulang, ditahannya, diulurnya air matanya, biarlah negeri Padang ”dihitamkan” buat selama-lamanya.
Bersambung [9]