Sewa Mobil Murah Jogja Tanpa Sopir dan Diskon Setelah Nyoblos
DISKON SEWA MOBIL MURAH SETELAH PILKADA
Kita yang ingin melakukan perjalanan ini pastinya membutuhkan sewa mobil murah Jogja tanpa sopir. Sewa Mobil Murah Jogja Tanpa Sopir Mobil tidak hanya dikendarai pulang kampung untuk mencoblos, tetapi juga untuk jalan-jalan ke Togamas Solo menikmati diskon yang ditawarkan. Kemudian, sewa mobil murah Jogja tanpa sopir ini pasti sangat bermanfaat sebagai transportasi kembali ke Jogja karena hari berikutnya sudah mesti bekerja seperti sedia kala. Dengan demikian, mari kita booking segera sewa mobil murah Jogja tanpa sopir ini. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita lanjutkan kisah folklore berikut ini yang masih terbengkalai pada sesi sebelumnya.
SEWA MOBIL JOGJA
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya. Si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
Si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat. Bapak dan Ibu seruni pun mengetahui bahwa ada bahaya yang dating lalu mereka menghimbau seluruh warga. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.
Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!” “Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik. “Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik. “Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.
Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor. Mereka pun berteriak memanggil seruni. Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya. “Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!” “Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri.
*Delsi Arma Putri