Sewa Mobil Murah Jogja Tanpa Sopir Solusi Hemat Bersama Sahabat
Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir mungkin menjadi idaman bagi sebagian wisatawan atau mahasiswa. Mengapa demikian? Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir bisa membuat kita semakin akhrab dengan para sahabat. Kita bisa bercengkrama dengan mereka sepuasnya dan menghabiskan waktu bersama. Selain itu, sewa mobil murah Jogja tanpa sopir bisa membuat perjalanan kita semakin hemat.
Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir ini bisa kita dapatkan dari harga Rp 225.000. Tarif ini untuk peminjaman mobil avanza atau xenia model lama. Jika menginginkan mobil avanza atau xenia yang baru, kita cukup menambah Rp 25.000 ribu lagi dari harga yang lama ini. Sungguh murah bukan? Silahkan segera hubungi customer service kami untuk mendapatkan sewa mobil murah Jogja tanpa sopir ini. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati lanjutan kisah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berikut ini.
Kebetulan pada waktu itu hari sudah hampir bulan puasa, rumah-rumah pelajaran agama
di kampung-kampung telah ditutup.
Hatinya amat tertarik melihatkan kehijauan langit sehari itu, apalagi kemarennya hari hujan, puncak gunung Merapi jelas kelihatan, sungai Batang Gadis laksana bernyanyi dengan airnya yang terus mengalir. Dari jauh kedengaran nyanyi anak gembala di sawah-sawah yang luas. Maka setelah meminta diri kepada Mandenya, turunlah dia ke halaman, menuju sawah yang banyak itu hendak melihat orang menyabit dan mengirik, ataupun membakar jerami. Dilaluinya dari satu pematang sawah ke pematang yang lain, di mana dangau yang tak berorang, dia berhenti duduk, bermenung menentang Bukit Tui, menentang danau Sumpur yang indah, atau gunung Singgalang yang dipenuhi oleh tebu, berombak kelihatan dari jauh dipuput angin.
Tiba-tiba sampailah dia ke sepiring sawah, seorang laki-laki tua sedang menyabit padi. Rupanya orang tua itu kenal akan dia.
”Ai, Zainuddin, sampai pula engkau kemari, pandaikah engkau menyabit?” tegur orang tua itu.
”Pandai juga, engku,” jawabnya.
”Banyak jugakah padi di Mengkasar?”
”Di Kota Mengkasar tidak ada padi; tetapi sedikit saja keluar dari Mengkasar telah penuh oleh padi, bahkan makanan orang Mengkasar, dari padi keluaran Maros, Pangkajene, Sidenreng dan yang lain-lain.”
Bersambung [40]