Sewa Mobil Murah Jogja Tanpa Sopir Teman ke Jogja Creativ Food Festival
Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir bisa kita kendarai ke agenda Jogja Creativ Food Festival. Agenda ini diselenggarakan di JEC alias Jogja Expo Center. Acara ini digelar pada tanggal 23 hingga 27 Juni 2018. Itu menandakan bahwa hari ini merupakan hari pertama diselenggarakan Jogja Creativ Food. Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir sudah siap untuk menemani kita ke agenda tersebut.
Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir adalah pilihan yang tepat untuk berkunjung ke event ini. Mengapa demikian? Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir selain bisa menghemat pengeluaran, kita bisa semakin dekat dengan keluarga, teman, sahabat, ataupun kekasih. Dengan demikian, mari segera kita agendakan berkunjung ke festival tersebut mumpung acaranya baru saja digelar.
Sewa mobil murah Jogja tanpa sopir bisa kita dapatkan di Alif Transport. Tarif yang ditawarkan sungguh murah karena disesuaikan dengan budget mahasiswa. Kita yang ingin memesan sewa mobil segera hubungi customer service kami. Sembari menunggu selesai proses pemesanannya, mari kita nikmati kisah folklore berikut ini.
Bayang
Nenek moyang Bayang berasal dari 3 nagari di kubuang tigo baleh (Solok sekarang) yaitu kinari, muaro paneh dan koto Panau. Di era Hindia Belanda (hinga pertemuan abad 20 ), distri bayang terdiri dari dua Nagari saja yaitu Bayang Nan Tujuah dan Koto Nan Salapan. Koto Nan salapan sekarang menjadi kecamatan sendiri yaitu kecamatan IV Nagari Bayang Utara. Sementara Bayang Nan Tujuah menjadi kecamatan bayang, dimekarkan menjadi beberapa nagari. Masyarakat bayang pernah terlibat dalam perang melawan pemerintah Hindia Belanda selama satu abad yaitu dimulai pada tahun 1663 sampai 1771.
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuah dan Koto Nan Salapan (sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto Berapak dan Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari Bayang yang menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan cabang-cabangnya (Lumpo dan Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang Tigo Baleh ( Solok sekarang ) yaitu Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau. Meraka migrasi sesudah kedatangan nenek moyang masyarakat XI Koto Tarusan di sebelah utara, di balik bukit bayang.
Masyarakat bayang memiliki sumber mata pencarian dari petani, berladang dan sebagai nelayan. Budaya masyarakat pada kecamatan ini tidak jauh berbeda dengan budaya masyarakat di wilayah Minang lainnya. Nama nagari Bayang diilhami dari peristiwa migrasinya orang Muaro Paneh ke lembah Bayang. Ketika para leluhur tersebut meliha dari sebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit Karang Caliak ke lembah Bayang, maka tampaklah di kejauhan bila dilihat dari atas bukit tersebut.
Seperti padi yang sedang menguning yang ternyata itu yang di lihat adalah rumput ilalang yang sudah hangus oleh kemarau. Maka dari kata “tabayang” (terbayang) padi menguning itulah diambil nama Nagari Bayang. Jadi kuat dugaan, bahwa migrasi besar-besaran itu terjadi pada musim kemarau panjang jauh sebelum abad 20 (tepatnya pada tahun 1915 ketika Tambo Adat Bayang Nan Tujuah dirumuskan dan dituliskan).Di kecamatan Bayang sampai saat ini adalah pembangunan jalan tembus Bayang (pasar Baru) – Alahan panjang (Solok Selatan) yang terkendala oleh keberadaan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat ). Jalan tembus ini sudah lama dinantikan masyarakat kedua kabupaten demi kemajuan ekonomi.
*Ismai Putri