Pulau Pengantin Series Akhir Sewa Mobil untuk Pengantin
Sewa mobil untuk pengantin mesti direncanakan segera. Apalagi Bulan depan Ramadan, setelah itu momen Idul Fitri pun datang. Jangan sampai sewa mobil untuk pengantin terabaikan karena terlalu fokus dengan persiapan Idul Fitri. Apalagi momen pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup. Hal itu pasti dambaan setiap laki-laki yang mencintai anda kecuali dia berniat untuk poligami. Ayo rencanakan hari pernikahan anda dengan matang supaya momennya semakin terasa.
Salah satu yang mesti dipersiapkan untuk hari pernikahan anda ialah mobil pengantin. Ada beberapa hal yang mesti anda lakukan saat sewa mobil pengantin. Hal-hal itu ialah sebagai berikut.
- Intip budget yang anda miliki untuk sewa mobil pengantin.
- Tentukan pilihan mobil yang akan anda sewa untuk hari pernikahan.
- Pilihlah hiasan bunga dan plat nama yang akan dipasangkan pada mobil pengantin.
- Pastikan tempat sewa mobil untuk pengantin tersebut benar-benar menawarkan harga sesuai dengan keinginan anda.
- Segera booking mobil untuk hari pengantin anda.
Mari nikmati penggalan kisah terakhir Pulau Pengantin berikut ini sembari menunggu narahubung kami mengangkat telpon anda.
”Apa yang kamu dengar Naila?” Kataku setalah membiarkan Naila berdiam diri dan menikmati apa yang dia dengar.
”Aku mendengarkan lantunan melodi yang sangat indah. Perpaduan melodi musik tradisional Minangkabau. Melodi itu silih berganti dengan melodi piano. Sungguh melodi yang sangat indah. Baru kali ini aku mendengarkan melodi seindah itu. Dimas, dari mana melodi itu berasal?”
”Melodi itu berasal dari pulau seberang. Pulau Pengantin namanya. Aku ingin mengajakmu ke sana. Setiba di sana aku ingin berdansa denganmu mengikuti melodi yang sangat indah tersebut.” kataku sambil menunjuk ke gugusan pulau itu.
”Tidak ada alasanku untuk menolaknya, Dimas.” Kata Naila sambil tersenyum.
Aku dan Naila pun menunggu perahu yang akan membawa kami ke Pulau Pengantin di bibir Pantai Gandoriah. Perahu yang menuju pulau seberang lumayan banyak. Apalagi kalau akhir pekan dan liburan tiba. Namun, hanya ada satu perahu yang berkunjung ke Pulau Pengantin. Perahunya lumayan besar dan sangat megah. Dihiasi oleh bunga-bunga bemekaran. Nakhoda perahu tersebut dua orang, yaitu laki-laki dan perempuan. Mereka selalu menggunakan pakaian adat pernikahan orang Minangkabau. Perahu-perahu yang lainnya harus membeli tiket tiga puluh ribu rupiah per orang untuk perjalanan pulang pergi ke pulau seberang. Tetapi perahu yang berlayar ke Pulau Pengantin tidak perlu membayar sedikit pun dengan jadwal keberangkatan yang tidak bisa diprediksi. Walaupun demikian, perahu tersebut juga pernah tidak mendapatkan penumpang. Bahkan lebih sering sepi.
Selang waktu berganti, perahu yang akan berlayar ke Pulau Pengantin pun tiba di Pantai Gandoriah. Aku dan Naila ingin menaikinya, tetapi kami tidak diberikan kesempatan. Padahal tidak ada penumpang yang mengisi perahu tersebut. Perahu itu kembali berlayar menuju Pulau Pengantin. Lalu tak jauh dari bibir pantai, perahu itu hilang bagaikan ditelan air laut.
Tamat