Tarif Sewa Mobil Jogja: Alif Transport Solusi Hemat
Tarif sewa mobil Jogja perlu kita pertimbangkan sebelum diputuskan untuk menyewa mobil yang hendak digunakan. Salah satu tujuannya untuk menghemat pengeluaran saat jalan-jalan. Jika kita mencari tarif sewa mobil Jogja yang mampu membendung dompet, Alif Transport solusinya.
Tarif sewa mobil Jogja di Alif Transport sangat murah. Kita cukup mengeluarkan budget sebesar Rp 325.000 untuk menyewa mobil Jazz. Tarif sewa mobil Jogja ini untuk durasi 12 jam. Sistem peminjamannya lepas kunci atau dengan sopir bisa kita peroleh di perusahaan ini. Tarif yang kami tawarkan tersebut untuk peminjaman lepas kunci. Jika menginginkan sewa mobil dengan sopir, kita cukup menambah uang jalan sopir. Tarifnya tergantung dengan wilayah yang hendak dituju. Pembagian wilayahnya berdasarkan dalam kota atau luar kota. Penasaran dengan tarif uang jalan sopir kami? Silahkan tanyakan langsung ke customer service. Hal yang mesti diketahui ialah uang jalan sopir ini pastinya tidak akan membuat dompet bocor.
Tarif sewa mobil Jogja di Alif Transport pastinya murah. Apapun jenis mobil yang hendak kita sewa. Silahkan segera di-booking ke customer service kami sebelum persediaan habis. Sembari menunggu proses transaksi selesai, mari kita nikmati lanjutan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka berikut ini.
Pada suatu hari, malang akan timbul, terjadilah pertengkaran di antara mamak dengan kemenakan. Pandekar Sutan bersikeras hendak menggadaikan setumpak sawah, untuk belanjanya beristeri karena sudah besar dan dewasa belum juga dipanjat ”ijab kabul”. Mamak meradang dan berkata: ”Kalau akan berbini mesti lebih dahulu menghabiskan harta tua, tentu habis segenap sawah di Minangkabau ini. Inilah anak muda yang tidak ada malu, selalu hendak menggadai, hendak mengagun”.
Perkataan itu dikatakan di atas rumah besar, di hadapan mamak-mamak dan kemenakan yang lain. Pandekar Sutan naik darah lantaran malu, tetapi masih ditahannya. Dia berkata: ”Mamak sendiri juga pernah menggadai, bukan untuk mengawinkan kemenakan, tapi untuk pengawinkan anak mamak sendiri. Berapa tumpuk sawah dikerjakan oleh isteri mamak, kami tidak mendapat bahagian”.
Bersambung [6]